Friday, September 20, 2019

VISA KOREA SELATAN GRATIS SAMPAI AKHIR TAHUN 2019! KUUYYY!!!


Hai traveller, pada tau ga? Korea Selatan kan lagi bikin "promo" visa gratis looohhhh... Promo ini diberikan pemerintah Korsel karena pada tanggal 25-26 November nanti akan ada penyelenggaraan ASEAN Republic of Korea Commemorative Summit di kota Busan. Nah, untuk pemegang passport 10 negara ASEAN, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, termasuk Indonesia dikasi deh gratis biaya visa. Asik kan?!

Trus trus trusss gimana donk caranya apply visa gratis ini? Langsung cusss aja bawa passport??? Ya enggak gitu juga kali. Ini gratis biaya loh bukan bebas visa, beda yaaaa...Jadi gimana donk jelasnya? Wkkkwkwkwkkk... Gak sabaran amat yak... Jadi gini man-teman jelasnya...
  • Visa Korea gratis yang diberikan untuk warga negara Indonesia, adalah tipe kunjungan singkat (C-3) atau single entry dengan masa waktu 90 hari. Visa Korea tipe ini umumnya dikenakan biaya USD 40 atau sekitar Rp561.568., namun kali ini gratis. Hanya perlu diketahui, di Indonesia pengurusan visa Korsel diserahkan kepada pihak ketiga, jadi biaya pihak ketiga ini tetap harus dibayar yaaa...
  • Bebas biaya visa Korea yang berlaku mulai pengajuan tanggal 1 Oktober hingga 31 Desember 2019 mendatang. Masa berlaku visa adalah 3 bulan setelah tanggal penerbitan. 
Jelas kan ya... Kalian traveller harus tetap mengajukan permohonan visa seperti biasa ke KVAC dengan membawa syarat-syarat dokumen yang ditentukan. Aku taro deh nih ya persyaratan buat visa wisata umum (traveller yang ga pake jasa tour) biar gampang.
 
A. Dokumen Persyaratan :
FormulirPermohonan Visa, Biaya
Pas Foto 1 lembar (3.5cm x 4.5cm) warna putih dan ditempel di formulir
Paspor asli dan fotocopy paspor halaman identitas 1 lembar
Surat Keterangan Kerja Asli (Jika bekerja), Surat Keterangan Pelajar Asli (Jika pelajar), fotocopy SIUP (jika wiraswasta)
Surat Keterangan Kerja/ pelajar harus asli berkop surat dilengkapi dengan tanda tangan penanggung jawab asli,  logo dan stempel sekolah/perusahaan, serta tertulis tanggal masuk sekolah, masa bekerja, jabatan, dan nomor tim HRD yang bisa dihubungi.
Kartu Keluarga Indonesia
B. Dokumen Keuangan (pilih 2)
- Rekening koran 3 bulan terakhir asli
- Slip gaji
- Daftar transaksi penggunaan Kartu Kredit 3 bulan terakhir
- FotocopyBukti kepemilikan kendaraan ataurumah
- Dokumen bukti pembayaran pajak terbaru selama 1 tahun (SPT, dll)

Wokeh, tinggal cusss pilih-pilih tiket pesawat promoan biar lebih maknyus lagi. Happy travelling!!!

Thursday, August 22, 2019

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 9)

Selasa, 18 Juni 2019 PRAHA, REPUBLIK CEKO






Sebelum beredar, kami menuju ke sebuah restoran Indonesia, Garuda namanya. Karena bosan makan roti terus, dan sedang tidak ingin makanan berbau India. Padahal, sejak di Amsterdam juga sudah cari  restoran Indonesia yang kebetulan memang banyak dan lumayan murah. Kami tanya, apakah makanannya disini halal? Pelayannya bilang tidak, jadi kami membeli yang berbahan seafood saja. Syukurnya, di menunya sih kami ga nemu makanan berbahan babi. Harganya lumayan mahal, tapi porsinya besar dan rasa masakannya memang enak. Impress sama teh jahenya yang bener-bener strong rasa jahenya. Dan disajikan bukan cuma secangkir, tapi seteko!

 


Selesai makan, kami lanjut ke Old Town Hall lokasi jam dinding paling terkenal di dunia berada, Prague Astronomical Clock. Di Praha, berserakan turis dimana-mana. Jauh lebih banyak dibanding tempat-tempat yang sebelumnya kami kunjungi di rangkaian tur Eropa kali ini. Kotanya nampak kecil dan tua eksotik tapi saaaaangat ramai. So, apanya sih yang istimewa dengan jam dinding ini? Kenapa jam dinding aja kok terkenal amat, sampai ditunggu-tunggu setiap jam menantinya berdentang? Bukan, bukan dentangannya yang membuatnya terkenal, tapi "pertunjukan drama kecil" dari boneka mekanik yang muncul setiap jam lah yang menjadi daya tarik istimewanya. Membuat orang-orang penasaran, dan rela menanti berkerumun menanti detik-detik kemunculannya.

Destinasi selanjutnya adalah Charles Bridge. Kalau kalian nonton Spiderman far from home, scene saat Mysterio "bertempur" melawan Elemental, nah disini nih lokasinya. Tapi jangan harap kalian akan nemu ini jembatan sepi kayak di film Spiderman ya, aslinya pweenuuuhhhhnya minta ampun! 

Ga terasa, hari sudah sangat larut, kami beredar hingga tengah malam. Walaupun cuma menyambangi beberapa tempat, tapi lumayanlah sudah mewakili to do list 😅

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 8)

Selasa, 18 Juni 2019 BERLIN -PRAHA

Welcome to Praha
Jadwal kereta antar negara dari Berlin ke Praha pukul 10.59 siang. Keretanya masih sama dengan yang kemarin dinaiki dari Amsterdam ke Berlin, Deutsche Bahn (DB). Sejak sampai di Belanda kemudian ke Berlin, jadwal transportasi terorganisir dengan baik. Selalu tepat waktu. Begitu berpindah lewat perbatasan menuju Praha, mulai tersendat. Kereta yang seharusnya express hanya berhenti di beberapa stasiun, berkali-kali berhenti di tempat yang tidak seharusnya. Sehingga pada akhirnya, kereta terlambat dua jam sampai di Praha.

Transport Ticket Praha
Sampai di Prague Hlavni Nadrazi, stasiun terbesar di Praha, kami membeli tiket transport 24 jam agar memudahkan keliling-keliling tidak perlu beli tiket lagi. Stasiun ini sebenarnya sudah terintegrasi dengan transportasi dalam kota maupun bis antar kota/negara. Namun, petunjuk arahnya kurang informatif. Sehingga membuat kami kebingungan ketika harus menuju halte tram yang letaknya di luar stasiun. Dan di Tourist Information Office, tempat kami membeli tiket, hanya diberi tahu kalau kami harus memvalidasi tiketnya sebelum dipakai.

Ketika di Amsterdam atau Berlin, mesin validasi (yg sebenarnya hanya mencetak tanggal/waktu di tiket) ada di dalam stasiun karena kami selalu naik kereta. Sedangkan disini kami akan menaiki tram, yang letak haltenya di pinggir jalan. Sampai bingung celingukan mencari-cari itu mesin. Akhirnya setelah bertanya, diberitahu kalau mesin validasinya ada didalam tram *tepok jidat* 😑

Syukurlah, berhasil juga akhirnya sampai ke penginapan, menumpang tram yang crowded dengan turis (sepertinya). Depan penginapannya masih khas arsitektur eropa kebanyakan. Begitu masuk ke bagian resepsionisnya, "Waaww... Penginapannya nampak seperti bar... " Lengkap dengan ornamen patung selamat datang, lelaki telanjang yang eksplisit! 😅

Interesting gravity on my room wall
Dan kejadian tak mengenakkan yang satu, biasanya berlanjut ke kejadian tak mengenakkan lainnya wkwkwkwkkk... Kami tidak bisa membayar penginapan dengan menggunakan kartu kredit. Entah mengapa, CC menolak di otorisasi. Dan kami diminta membayar dengan tunai. Begitu Si resepsionis mengucapkan angka yang harus kami bayar, saya langsung tercenung. Kok dua kali lipat?! Saya konfirmasi, bukannya harganya sudah tertera total di booking konfirmasi? Si resepsionis bilang, engga itu harga satu orang. Hah?! Gw pesan per kamar, bukan perorangan. 

Patung lelaki menggantung membawa payung di depan hotel
Entah bagaimana bisa begitu, mungkin niy resepsionis baru kali ya. Karena untungnya, selagi kami berargumentasi, resepsionis sebelahnya ikut komen. Betul harganya sudah total itu yang di konfirmasi booking-nya. Si resepsionis yang melayani kami nampak masih belagak ga percaya, berkali-kali bilang "Really?!". Dan ternyata, CC kami pun ditolak nampaknya karena Si resepsionis ini memasukan angka yang tidak seharusnya. Apa daya, kami sudah membayar dengan tunai. Ya sudahlah, bisa ambil ATM nanti kalo kurang uang bekalnya. Pikir kami saat itu. Karena kami memang sengaja membatasi membawa uang cash. Toh semua tiket dan penginapan sudah dibeli atau dibooking dengan CC seperti biasa kami lakukan ketika travelling. And this is going to lead us to a "small" disaster 😩

Setelah akhirnya berhasil cek in dan dapat kunci, kami langsung menuju lift. Ternyata penginapannya ada di lantai atas, dan thank goodness kamarnya bagus dan artistik. Untungnya, apa yang terjadi di resepsionis tadi tidak membuat mood kami drop. Sehingga setelah bersih-bersih, ngemil, mandi dan segala macamnya, kami bersiap untuk lanjut beredar. Biar besoknya, bisa santai tidur sampai siang lalu melanjutkan ke destinasi selanjutnya.

Friday, August 16, 2019

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 7)

Senin, 17 Juni 2019 AMSTERDAM - BERLIN



Let's go to the next destination! Berlin, Jerman! Kami menumpang kereta dari Amsterdam Centraal menuju Berlin Hauptbahnhof. Sampai di peron, aman. Tapi agak-agak bingung pas mau naik keretanya. Bener ga sih niy kereta yang bakalan kita tumpangin? Kok tua ya keretanya... Nanya sama petugas yang lagi ngobrol sama temen-temennya. Eh, malah dibecandain. Kan bingung yak sayanyah, ini serius apa becanda. 


Gw tanya Si Bapak, "Is this train going to Berlin?". Eh, dianya jawab, "Sssssttt... Don't tell anyone...". Sambil belagak bisik-bisik gitu. Dasar. Yowislah, sotoy aja. Gw cek nomer yang tertera di tiap gerbong. Lahhhh nomor gerbong yang tertera di e-Tiket gw kagak ada! Ternyata oh ternyata, nomor gerbong kereta gw berbentuk digital dan letaknya agak ke bawah dibanding nomor gerbong yang berbentuk plakat wkwkwkwkkkk... Syukurlah... Tak berapa lama kami duduk, kereta pun berangkat. On time!

Ehhhh ketemu lagi sama Si Bapak, ternyata doi kondekturnya. Doi nyapa, "Halloww again!" wkwkwkkk... Dasar centil.

Masuk maupun di dalam kereta tidak ada cek ricek passport ataupun visa. Tapi di perbatasan, ada pergantian petugas. Dan kereta terasa meluncur lebih cepat di area Jerman.

Sampai Berlin hbf sore, dan kami sudah memilih hotel yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari stasiun. Mencari hotel ga terlalu nyasar karena menggunakan Google Maps, walaupun tetep aja buta arah! 😅 Kami harus melewati jembatan yang agak-agak spooky menyeberangi Sungai Spree. Dan sepertinya tidak aman kalau harus lewat situ setelah matahari tenggelam. Untungnya, matahari tenggelam cukup telat. Sekitar pukul 9 malam.

Sampai penginapan langsung beres-beres dan siap-siap kembali cusss beredar di Berlin. Karena besok sudah harus berangkat lagi ke Praha 😩

Setelah membeli tiket 24 hours, kami menumpang tram menuju site memorial runtuhan tembok Berlin Gedenkstätte Berliner Mauer. Tempatnya cukup luas, dan bikin bulu kuduk merinding. Apalagi melihat foto mendiang yang banyak diantaranya masih anak-anak. Merinding bukan karena takut, tapi karena membayangkan kekejaman yang mereka terima (kebanyakan ditembak ditempat) hanya karena mereka ingin berkumpul dengan sanak familinya yang terpisah... 😭

Dari site reruntuhan tembok Berlin, kami kembali menumpang tram menuju gedung parlemen Jerman Deutscher Bundestag. Ga masuk tentu aja, cukup foto-foto barbuk di luar wkwkwkk... Banyak anak sekolah yang tampaknya melakukan tour di sini. 

Tak lama, kami melanjut dengan berjalan kaki menuju Brandenburg Gate. Yups, bukan hanya di Paris, Berlin pun memiliki gerbang yang lumayan terkenal dan ramai dikunjungi turis. Kebetulan sampai disini matahari sudah mulai tergelincir, jadi dapetlah foto agak-agak sunset.

 

Tidak jauh dari sana, terdapat site yang lumayan terkenal karena Incess foto-foto di sini dan kena kritik pedas netizen. Apa itu anak-anak...? Betooolllll! Berlin Holocoust Memorial. Usahakan untuk menjaga diri untuk ga pose aneh-aneh di sini ya. Karena ini tempat memorial, bukan turis attraction.


Thursday, August 15, 2019

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 6)

(Masih) Minggu, 16 Juni 2019 VOLENDAM - THE NETHERLANDS



Berjalan-jalan di Zaanse Schans selesai hanya setengah hari saja, kami pun berlanjut ke Volendam. Jangan khawatir, dari Zaanse Schans kalian bisa lanjut ke Volendam dengan bis conexxion dari halte situ. Di halte terpampang dengan jelas di layar LCD, bis yang mana yang lewat disitu dan jam berapa jadwal kedatangannya.

Zaanse Schans ke Volendam ga terlalu jauh, hanya sekitar 20 menitan perjalanan dengan bis. Dan nampaknya, bis diisi penumpang turis semua yang memang beredar seharian itu ke daerah Zaanse Schans, Volendam, Edam. 

Sampai halte, kami ga tau sebenernya kemana harus berjalan. Yang kami tahu, daerah turisnya berada di pinggir pantai. Dan akhirnya, kami berjalan mengikuti yang nampaknya juga turis di depan kami. Begitu sampai ke jalan tangga kecil yang nampaknya bukan jalan lumrah, kami kebingungan mau ngikut terus apa cari jalan lain. Pas celingak-celinguk, ternyata oh ternyata, di belakang kami pun ada turis lain yang ngikutin kami hahahhahaa... Si dua turis di belakang kami pada ketawa sambil nyeletuk, kita semua jalan sama-sama ngikutin orang dari depan aja, sampe sini pada bingung hahahhaa...

Jajan poffertjes pancake khas Belanda
Whatever-lah, terlanjur ngekor, marilah kita ngekor sampai akhir! Syukurlah, ketika sampai di ujung tangga, kami menemukan yang kami cari wkwkwkwkkk...

Jajan kibelling buat lunch
Volendam adalah daerah nelayan, makanya letaknya di pinggir pantai. Di sepanjang pantai, berderet toko-toko souvenir, studio foto yang menyewakan baju tradisonal Belanda yang bejubelllll selalu setiap kami masuki, restauran dan warung kibelling Volendammer Vishandel (gorengan ikan-ikanan). Pendeknya, ya isinya cuma begitu doank. Turis, dan segala macam yang berhubungan sama turis. Mungkin karena di Indonesia saya terbiasa lihat banyak pantai yang lebih indah, jadi melihat Volendam biasa aja. Yang ada, malah keluar masuk toko souvenir hahahhaa...





Tuesday, July 30, 2019

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 5)

Minggu, 16 Juni 2019 ZAANSE SCHANS - THE NETHERLANDS


Kelompen raksasa di Zaanse Schans
Hari ini rencana keliling keluar Amsterdam, melipir agak ke pinggir. Rencana mengunjungi dua tempat, Zaanse Schans dan Volendam. Langsung "nanya" google maps, gimana caranya ke kedua tempat ini. Kata google maps, disuruh naik bis Conexxion dari Amsterdam Centraal. Kalau dari google maps, dari Zaanse Schans ke Volendam disuruh balik lagi ke Amsterdam Centraal baru dari sana naik lagi yang ke Volendam. Kenyataannya, di halte Zaanse Schans, ada bis Conexxion langsung ke Volendam! Jadi jangan terlalu ngikutin kebetan, bisa ngecek-ngecek di halte jurusan mana aja bis yang lewat disitu.




Zaanse Schans adalah desa buatan yang dibuat sedemikian untuk mengumpulkan jejak sejarah terutama yang berkaitan dengan pondasi awal revolusi industri di Belanda, khususnya Zaanstreek. Didalamnya terdapat banyak museum yang berkaitan dengan sejarah industri, seperti Zaans Museum and Verkade Experience (biskuit khas Belanda), Albert Heijn Museum Shop (supermarket terbesar di Belanda), Bakery Museum de Gecroonde Duyvekater dan bahkan "pertunjukan" cara pembuatan kelompen.


Di sini, bisa jajan ngemil-ngemil sambil menikmati udara yang seger banget. Kalau gw, selalu ga nahan kalau ketemu strawberry. Buahnya selalu terlihat merah besar dan menggiurkan, apalagi dikasih kucuran coklat leleh... yummmmm... Satu lagi yang ga bisa dilewatkan adalah wafle, pancake khasnya Belanda. Dibuat dadakan (bukan tahu bulat ya hehehe...), dimakan hangat-hangat dikucuri coklat (lagi!) endessss markondessss!


Friday, July 26, 2019

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 4)

Masih Sabtu, 15 Juni 2019 AMSTERDAM - THE NETHERLAND


 
Hari ini jadwal kami keliling Amsterdam, karena besok kami akan keliling di luar Amsterdam. Tujuan pertama, katanya Si Kakak adalah alun-alunnya Amsterdam a.k.a. Dam Square! Ngapain ke alun-alun? Ada apaan aja emangnya disitu? Pendeknya siy, namanya alun-alun ya sama dan sebangun dengan alun-alun di Indonesia. Yaitu, pusat pemerintahan, pusat kota, dan pastinya, pusat keramaian.

Royal Palace

Koninklijk Paleis Amsterdam atau Royal Palace of Amsterdam yang dibangun tahun 1665 adalah sejatinya tempat keluarga kerajaan Belanda tinggal. Walaupun saat ini istana tersebut sudah tidak lagi digunakan sebagai tempat tinggal, namun masih digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara resmi seperti menerima tamu kenegaraan. Istana ini dibuka untuk umum jika sedang tidak ada acara kenegaraan.



Madam Tussaud
Nah, ternyata, di Dam Square ini juga terdapat Museum Lilinnya Madam Tussaud! Pastinya, kami ga masuk hehehehee...sudah cukuplah referensi di Hongkong sama Bangkok ajah. Ngirit!
Pelataran Dam Square memang ramai dengan pengunjung dari berbagai negeri. Ada pula para penampil berkostum ala Halloween. Dan yang menjadi primadona, adalah para merpati yang dijadikan teman berfoto.

Nieuwe Kerk


Nieuwe Kerk adalah gereja tertua kedua di Amsterdam setelah Oude Kerk. Gereja ini sekelas dengan Westminster Abbey di London yang menjadi tempat berlangsungnya pelantikan Raja/Ratu Belanda dan Royal Wedding. Selain itu, gereja ini sering juga digunakan sebagai tempat pameran, sehingga pengunjung bisa sekalian menikmati pula keindahan interior gereja ini.






National Monument 
National Monument
Ini dia nih monasnya Belanda. Monumen berbentuk pilar putih yang diresmikan tanggal 4 Mei 1956 ini berada di tengah Dam Square. Monumen tersebut adalah tugu peringatan untuk mengenang mereka yang gugur dalam Perang Dunia II. Setiap tahunnya setiap tanggal 4 Mei, di tugu peringatan ini diadakan upacara yang dihadiri pejabat tinggi Belanda termasuk anggota keluarga kerajaan Belanda.
Sayangnya, monumen ini jadi terlihat kurang cantik karena banyak kabel malang melintang berseliweran di sekitarnya.

Kenyang berkeliaran di Dam Square, kami pun pindah ke daerah Amsterdam Centraal. Baru deh nemu kanal yang terkenal itu. Di sini juga banyak berjejer toko-toko souvenir, dan peeenuuuhhhh turis. Ditambah matahari musim panasnya yang telat terbenam, ga akan berasa walaupun kalian keliaran sampai jam 12 malam! Untungnya, kaki gw tereak-tereak ngingetin. Udah waktunya istirahat woooiiiiii!!! Perjalanan masih panjaaannnggggg... Inget umur, jaga stamina, baru juga hari pertama 😅

VISA KOREA SELATAN GRATIS SAMPAI AKHIR TAHUN 2019! KUUYYY!!!

Hai traveller, pada tau ga? Korea Selatan kan lagi bikin "promo" visa gratis looohhhh... Promo ini diberikan pemerintah Korse...