Thursday, August 22, 2019

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 9)

Selasa, 18 Juni 2019 PRAHA, REPUBLIK CEKO






Sebelum beredar, kami menuju ke sebuah restoran Indonesia, Garuda namanya. Karena bosan makan roti terus, dan sedang tidak ingin makanan berbau India. Padahal, sejak di Amsterdam juga sudah cari  restoran Indonesia yang kebetulan memang banyak dan lumayan murah. Kami tanya, apakah makanannya disini halal? Pelayannya bilang tidak, jadi kami membeli yang berbahan seafood saja. Syukurnya, di menunya sih kami ga nemu makanan berbahan babi. Harganya lumayan mahal, tapi porsinya besar dan rasa masakannya memang enak. Impress sama teh jahenya yang bener-bener strong rasa jahenya. Dan disajikan bukan cuma secangkir, tapi seteko!

 


Selesai makan, kami lanjut ke Old Town Hall lokasi jam dinding paling terkenal di dunia berada, Prague Astronomical Clock. Di Praha, berserakan turis dimana-mana. Jauh lebih banyak dibanding tempat-tempat yang sebelumnya kami kunjungi di rangkaian tur Eropa kali ini. Kotanya nampak kecil dan tua eksotik tapi saaaaangat ramai. So, apanya sih yang istimewa dengan jam dinding ini? Kenapa jam dinding aja kok terkenal amat, sampai ditunggu-tunggu setiap jam menantinya berdentang? Bukan, bukan dentangannya yang membuatnya terkenal, tapi "pertunjukan drama kecil" dari boneka mekanik yang muncul setiap jam lah yang menjadi daya tarik istimewanya. Membuat orang-orang penasaran, dan rela menanti berkerumun menanti detik-detik kemunculannya.

Destinasi selanjutnya adalah Charles Bridge. Kalau kalian nonton Spiderman far from home, scene saat Mysterio "bertempur" melawan Elemental, nah disini nih lokasinya. Tapi jangan harap kalian akan nemu ini jembatan sepi kayak di film Spiderman ya, aslinya pweenuuuhhhhnya minta ampun! 

Ga terasa, hari sudah sangat larut, kami beredar hingga tengah malam. Walaupun cuma menyambangi beberapa tempat, tapi lumayanlah sudah mewakili to do list 😅

EUROPE: 14 Days, 7 Countries and 13 Cities (Part 8)

Selasa, 18 Juni 2019 BERLIN -PRAHA

Welcome to Praha
Jadwal kereta antar negara dari Berlin ke Praha pukul 10.59 siang. Keretanya masih sama dengan yang kemarin dinaiki dari Amsterdam ke Berlin, Deutsche Bahn (DB). Sejak sampai di Belanda kemudian ke Berlin, jadwal transportasi terorganisir dengan baik. Selalu tepat waktu. Begitu berpindah lewat perbatasan menuju Praha, mulai tersendat. Kereta yang seharusnya express hanya berhenti di beberapa stasiun, berkali-kali berhenti di tempat yang tidak seharusnya. Sehingga pada akhirnya, kereta terlambat dua jam sampai di Praha.

Transport Ticket Praha
Sampai di Prague Hlavni Nadrazi, stasiun terbesar di Praha, kami membeli tiket transport 24 jam agar memudahkan keliling-keliling tidak perlu beli tiket lagi. Stasiun ini sebenarnya sudah terintegrasi dengan transportasi dalam kota maupun bis antar kota/negara. Namun, petunjuk arahnya kurang informatif. Sehingga membuat kami kebingungan ketika harus menuju halte tram yang letaknya di luar stasiun. Dan di Tourist Information Office, tempat kami membeli tiket, hanya diberi tahu kalau kami harus memvalidasi tiketnya sebelum dipakai.

Ketika di Amsterdam atau Berlin, mesin validasi (yg sebenarnya hanya mencetak tanggal/waktu di tiket) ada di dalam stasiun karena kami selalu naik kereta. Sedangkan disini kami akan menaiki tram, yang letak haltenya di pinggir jalan. Sampai bingung celingukan mencari-cari itu mesin. Akhirnya setelah bertanya, diberitahu kalau mesin validasinya ada didalam tram *tepok jidat* 😑

Syukurlah, berhasil juga akhirnya sampai ke penginapan, menumpang tram yang crowded dengan turis (sepertinya). Depan penginapannya masih khas arsitektur eropa kebanyakan. Begitu masuk ke bagian resepsionisnya, "Waaww... Penginapannya nampak seperti bar... " Lengkap dengan ornamen patung selamat datang, lelaki telanjang yang eksplisit! 😅

Interesting gravity on my room wall
Dan kejadian tak mengenakkan yang satu, biasanya berlanjut ke kejadian tak mengenakkan lainnya wkwkwkwkkk... Kami tidak bisa membayar penginapan dengan menggunakan kartu kredit. Entah mengapa, CC menolak di otorisasi. Dan kami diminta membayar dengan tunai. Begitu Si resepsionis mengucapkan angka yang harus kami bayar, saya langsung tercenung. Kok dua kali lipat?! Saya konfirmasi, bukannya harganya sudah tertera total di booking konfirmasi? Si resepsionis bilang, engga itu harga satu orang. Hah?! Gw pesan per kamar, bukan perorangan. 

Patung lelaki menggantung membawa payung di depan hotel
Entah bagaimana bisa begitu, mungkin niy resepsionis baru kali ya. Karena untungnya, selagi kami berargumentasi, resepsionis sebelahnya ikut komen. Betul harganya sudah total itu yang di konfirmasi booking-nya. Si resepsionis yang melayani kami nampak masih belagak ga percaya, berkali-kali bilang "Really?!". Dan ternyata, CC kami pun ditolak nampaknya karena Si resepsionis ini memasukan angka yang tidak seharusnya. Apa daya, kami sudah membayar dengan tunai. Ya sudahlah, bisa ambil ATM nanti kalo kurang uang bekalnya. Pikir kami saat itu. Karena kami memang sengaja membatasi membawa uang cash. Toh semua tiket dan penginapan sudah dibeli atau dibooking dengan CC seperti biasa kami lakukan ketika travelling. And this is going to lead us to a "small" disaster 😩

Setelah akhirnya berhasil cek in dan dapat kunci, kami langsung menuju lift. Ternyata penginapannya ada di lantai atas, dan thank goodness kamarnya bagus dan artistik. Untungnya, apa yang terjadi di resepsionis tadi tidak membuat mood kami drop. Sehingga setelah bersih-bersih, ngemil, mandi dan segala macamnya, kami bersiap untuk lanjut beredar. Biar besoknya, bisa santai tidur sampai siang lalu melanjutkan ke destinasi selanjutnya.

VISA KOREA SELATAN GRATIS SAMPAI AKHIR TAHUN 2019! KUUYYY!!!

Hai traveller, pada tau ga? Korea Selatan kan lagi bikin "promo" visa gratis looohhhh... Promo ini diberikan pemerintah Korse...