Jeju Folk Village (제주민속촌) adalah sebuah kawasan yang berisi 117 rumah dan bangunan tradisional berdasarkan keadaan sebenarnya "dusun" di Korea pada tahun 1890-an. Diantaranya, terdapat "Dusun Pegunungan" / Mountain Village, "Dusun Perbukitan" / Hill-Country Village, "Dusun Nelayan" / Fishing Village dan "Dusun Perdukunan(?)" / Shamanism Village.
Di lahan seluas 40 hektar ini terdapat pula beberapa outdoor setting drama sejarah seperti drama Deajanggeum, setting di mana dia belajar pengobatan saat menjadi pelayan istana.
Waktu saya ke sana, mayoritas pengunjungnya adalah orang Korea. Mereka tampak senang
sekali melihat ada orang asing berkunjung, apalagi klo mencoba sedikit berbahasa
Korea. Beberapa kali disapa dan diajak bicara walaupun dengan bahasa
seadanya.
Bahkan seorang pelajar SD bernama Mike (nampaknya namanya juga di translate ke Bahasa Inggris 😅) bersama adiknya juga memberanikan diri menghampiri setelah diteriaki Omma-nya untuk segera mendekat meminta "sedikit wawancara" dalam Bahasa Inggris.
Katanya, di mendapatkan tugas pekerjaan rumah untuk mewawancara turis mengenai dari mana asalnya, apa alasannya berkunjung ke Korea dan bagaimana kesan-kesannya setelah berkunjung. Sayangnya, lupa minta foto sama mereka 😔
Pronounciation Mike lumayan bagus untuk seorang siswa SD, walaupun pertanyaannya masih baca dari kebetan HP hehehehehee... Begitu berpisah kami mengucapkan "Annyeong", Mike terbelalak kok bisa Bahasa Korea?
Banggapseumnida Yeorobun... 😊
Menuju kemari menggunakan bis umum dari Jeju City lumayan jauh, sekitar 60 menit. Kalau dari terminal, ada bis lokal berwarna biru langit yang tepat menuju ke Jeju Folk Village ini (tujuan akhir). Lupa nomornya berapa wkwkwkkwkk... Tapi menurut kebetan bisa naik bis nomor 100 dari Jeju Intercity Bus Terminal.